Jadilah Manusia Sombong
Oleh: HMZ
Dalam suatu
riwayat dijelaskan bahwa jangankan surga, baunya saja diharamkan oleh
sang Tuhan terhadap orang-orang yang di dalam dirinya masih terdapat
sifat sombong walaupun hanya sekecil biji jarah. Sebab, sombong
merupakan salah satu sifat yang paling tidak disukai oleh Allah. Allah
sangat melarang kita untuk berlaku sombong. Kurang lebih seperti ini
yang termaktub di dalam Alquran janganlah kalian berjalan di atas muka
bumi ini dengan sombong. Hal ini menunjukan bahwa sifat sombong adalah
sifat yang sangat busuk. Sifat yang dapat mengantarkan kita ke jurang
yang dalam yang penuh dengan siksaan. Olehnya itu, wajib bagi kita untuk
menghindarinya bahkan wajib untuk dimusnahkan di dalam diri kita.
Pembaca yang budiman! Melihat fakta di atas, mungkin sejenak yang
terlintas dalam pikiran adalah muncul “tanda tanya” besar? Sebab, judul
yang diangkat penulis adalah perintah untuk menjadi orang sombong.
Sementara dalam mengawali tulisan ini, penulis mengangkat dalil yang
melarang orang untuk berlaku sombong. Jadi, apa yang dimaksud penulis
terkait dengan menjadi manusia yang sombong tersebut? Berikut ini
penulis akan menjelaskannya.
Berdasarkan Al-Qur’an sebagai sumber
utama ajaran Islam bahwa motif dari penciptaan manusia adalah untuk
menjadi khalifatullah fil ardhi (pemimpin di muka bumi). Hal ini
dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 30. Kedudukan sebagai
khalifatullah fil ardhi merupakan predikat yang luar biasa dan
menempatkan manusia pada posisi yang lebih tinggi dari makhluk lain.
khalifatullah fil ardhi adalah subjek yang mampu membaca dan menafsirkan
kehendak dan aturan-aturan Tuhan untuk kemudian dijelmakan menjadi
perilaku konkrit dalam rangka menjaga kemaslahatan di muka bumi.
Untuk menjadi khalifatullah fil ardhi yang sesungguhnya dibutuhkan
syarat-syarat tertentu. Seseorang harus “taat” dengan aturan-aturan
Tuhan dan harus mampu mengendalikan diri. Dengan dua kondisi itu,
kekhalifahan Tuhan dapat dijalankan, dan eksistensi manusia sebagai
khalifatullah fil ardhi dapat diteguhkan.
Dalam menjalini tugasnya,
manusia harus tahu apa hakikat dan fungsinya sebagai khalifatullah fil
ardhi. Hakikat manusia sebagai eksisten berdasarkan Al-qur’an surat
Al-Mukminuun ayat 115. Adalah ciptaan yang mempunyai fungsi dan
bertanggung jawab atas fungsinya itu. Manusia itu ciptaan Tuhan
sebagaimana makhluk lainnya. Kelebihan manusia dibandingkan dengan
makhluk yang lain adalah terletak pada fungsi, yakni kemampuan
melaksanakan dan mempertanggungjawabkan fungsinya. Fungsi utama manusia
sebagai eksisten secara eksplisit dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat
ayat 56, yakni untuk mengabdi kepada Tuhan.
Pengabdian merupakan
jalan untuk meneguhkan eksistensi manusia sebagai khalifatullah fil
ardhi. Kesadaran diri sebagai khalifah merupakan motif pengabdian yang
total. Pengabdian yang seutuhnya untuk mengharap ridha Allah. Kerja
nyata dari khalifatullah fil ardhi adalah amal shalih, shalih dalam arti
perbaikan. Perbaikan menuju yang lebih baik lagi.
Identitas
terukurnya hasil dari kerja nyata sebagai khalifatullah fil ardhi yaitu
pertama dari skala prioritas, dimana perbaikan yang mana yang lebih
diperlukan/diutamakan untuk menciptakan kemakmuran di bumi ini. Kedua
yaitu sistematik (terorganisir), yaitu yang dilakukan secara
bersama-sama dan sistematik sehingga hasil yang diperoleh akan lebih
baik.
Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika
dibandingan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri
anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan
semua potensi yang ada pada diri kita. kita juga dituntut untuk terus
mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan
tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifatullah fil ardhi. Dan
sebagai khalifatullah fil ardhi diharapkan aktivitasnya menjadi
aktivitas Rahmatan lil ‘alamin.
Bagi penulis, hal di atas dapat
dijalankan jika kita siap untuk menjadi manusia yang sombong. Sombong
yang dimaksud penulis pada kesempatan ini, bukan sombong sebagaimana
biasanya yang kita pahami. Akan tetapi sombong yang dimaksud adalah
sombong dalam bentuk abstrak di mata makhluk dan kongkrit di mata Allah
SWT.
Kita tahu bahwa sifat sombong sebagaimana yang dijelaskan pada
paragraf pertama di atas adalah salah satu sifat yang paling tidak
disukai Allah. Namun bagi penulis jika sombong yang kita genggam adalah
sombong dalam bentuk yang abstrak di mata makhluk termasuk manusia dan
kongkrit di mata Allah sang pencipta, maka penulis yakin dan percaya,
kita akan menjadi pemimpin di muka bumi ini yang selalu membawa rahmatan
lil’alamin (keselamatan bagi seluruh alam).
Kita semestinya harus
sombong. Sebab kita adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara
makhluk-makhluk ciptaan lain-Nya, termasuk malaikat. Kita dikatakan
sempurna karena kita dibekali akal, hati dan nafsu. Sementara
makhluk-makhluk yang lain tidak. Malaikat hanya dibekali akal dan hati.
Adapun hewan hanya dibekali akal dan nafsu serta sedikit hati. Hal
inilah yang menjadi motif besar kenapa penulis menyarankan kita untuk
berlaku sombong.
Kita kembali lagi ke permasalahan. Pembaca yang
bijaksana! Sombong yang abstrak adalah sombong yang tidak terlihat oleh
makhluk. Contohnya seperti ini: ketika diberi amanah (tarulah menjadi
pemimpin/entah desa, kecamatan, kabupaten ataun provinsi atau bahkan
negara). Jika kita menjadi pemimpin, maka berlaku sombonglah. Sombong
dalam artian yang abstrak. Sebab dengan berlaku sombong yang abstrak,
maka segala pekerjaan akan bisa diselesaikan dengan sempurna, bahkan
lebih sempurna lagi tanpa kita sadari. Kenapa? Karena sombong seperti
ini, di mata Allah adalah sombong yang seharusnya. Adalah sombong yang
semestinya. Dan adalah sombong yang terindah. Karena sombong ini adalah
sombong yang dinantikan Allah kepada kita.
Sombong abstrak di mata
makhluk/manusia dan kongkrit di mata Allah merupakan sombong yang
direalisasikan hanya Allah yang tahu. Aku yakin aku bisa. Bahkan lebih
dari sekedar bisa. Sebab aku dibekali akal, hati dan nafsu. Sebab itulah
aku dikatakan sempurna dan sebab itulah aku pun disujud oleh semua
makhluk kecuali setan. Jika aku tidak bisa maka apa bedanya aku dengan
setan? Hehe, sambil tersenyum bangga yang tak terlihat pula aku pun
segera membuktikan kepada malikat bahwa aku adalah wakil Tuhan yang
dulunya dia memprotes ketika Tuhan mau menciptakanku. Kini bersiaplah
untuk malu.
Pernyataan di atas adalah sedikit dari sekian banyak
bentuk dari sifat sombong yang penulis maksudkan. Akan tetapi jika
pernyataan tersebut, dilakukan secara nyata dan dapat dilihat oleh
makhluk/manusia, maka sombong tersebut akan menjadi sombong yang
dimurkai oleh Allah SWT. Namun apabila pernyataan di atas, dilakukan
secara nyata dan hanya dilihat oleh Allah, maka kau akan menjadi kekasih
Allah kelak, insya Allah. Amin 3x. Sombong seperti inilah yang
dimaksudkan penulis dalam tulisan ini. Terima kasih. Wallahu a’lam
bissawab. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar