favorite

Sabtu, 12 Desember 2015

Jadilah Manusia Sombong

Jadilah Manusia Sombong
Oleh: HMZ
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa jangankan surga, baunya saja diharamkan oleh sang Tuhan terhadap orang-orang yang di dalam dirinya masih terdapat sifat sombong walaupun hanya sekecil biji jarah. Sebab, sombong merupakan salah satu sifat yang paling tidak disukai oleh Allah. Allah sangat melarang kita untuk berlaku sombong. Kurang lebih seperti ini yang termaktub di dalam Alquran janganlah kalian berjalan di atas muka bumi ini dengan sombong. Hal ini menunjukan bahwa sifat sombong adalah sifat yang sangat busuk. Sifat yang dapat mengantarkan kita ke jurang yang dalam yang penuh dengan siksaan. Olehnya itu, wajib bagi kita untuk menghindarinya bahkan wajib untuk dimusnahkan di dalam diri kita.
Pembaca yang budiman! Melihat fakta di atas, mungkin sejenak yang terlintas dalam pikiran adalah muncul “tanda tanya” besar? Sebab, judul yang diangkat penulis adalah perintah untuk menjadi orang sombong. Sementara dalam mengawali tulisan ini, penulis mengangkat dalil yang melarang orang untuk berlaku sombong. Jadi, apa yang dimaksud penulis terkait dengan menjadi manusia yang sombong tersebut? Berikut ini penulis akan menjelaskannya.
Berdasarkan Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam bahwa motif dari penciptaan manusia adalah untuk menjadi khalifatullah fil ardhi (pemimpin di muka bumi). Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 30. Kedudukan sebagai khalifatullah fil ardhi merupakan predikat yang luar biasa dan menempatkan manusia pada posisi yang lebih tinggi dari makhluk lain. khalifatullah fil ardhi adalah subjek yang mampu membaca dan menafsirkan kehendak dan aturan-aturan Tuhan untuk kemudian dijelmakan menjadi perilaku konkrit dalam rangka menjaga kemaslahatan di muka bumi.
Untuk menjadi khalifatullah fil ardhi yang sesungguhnya dibutuhkan syarat-syarat tertentu. Seseorang harus “taat” dengan aturan-aturan Tuhan dan harus mampu mengendalikan diri. Dengan dua kondisi itu, kekhalifahan Tuhan dapat dijalankan, dan eksistensi manusia sebagai khalifatullah fil ardhi dapat diteguhkan.
Dalam menjalini tugasnya, manusia harus tahu apa hakikat dan fungsinya sebagai khalifatullah fil ardhi. Hakikat manusia sebagai eksisten berdasarkan Al-qur’an surat Al-Mukminuun ayat 115. Adalah ciptaan yang mempunyai fungsi dan bertanggung jawab atas fungsinya itu. Manusia itu ciptaan Tuhan sebagaimana makhluk lainnya. Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk yang lain adalah terletak pada fungsi, yakni kemampuan melaksanakan dan mempertanggungjawabkan fungsinya. Fungsi utama manusia sebagai eksisten secara eksplisit dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56, yakni untuk mengabdi kepada Tuhan.
Pengabdian merupakan jalan untuk meneguhkan eksistensi manusia sebagai khalifatullah fil ardhi. Kesadaran diri sebagai khalifah merupakan motif pengabdian yang total. Pengabdian yang seutuhnya untuk mengharap ridha Allah. Kerja nyata dari khalifatullah fil ardhi adalah amal shalih, shalih dalam arti perbaikan. Perbaikan menuju yang lebih baik lagi.

Identitas terukurnya hasil dari kerja nyata sebagai khalifatullah fil ardhi yaitu pertama dari skala prioritas, dimana perbaikan yang mana yang lebih diperlukan/diutamakan untuk menciptakan kemakmuran di bumi ini. Kedua yaitu sistematik (terorganisir), yaitu yang dilakukan secara bersama-sama dan sistematik sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik.
Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifatullah fil ardhi. Dan sebagai khalifatullah fil ardhi diharapkan aktivitasnya menjadi aktivitas Rahmatan lil ‘alamin.
Bagi penulis, hal di atas dapat dijalankan jika kita siap untuk menjadi manusia yang sombong. Sombong yang dimaksud penulis pada kesempatan ini, bukan sombong sebagaimana biasanya yang kita pahami. Akan tetapi sombong yang dimaksud adalah sombong dalam bentuk abstrak di mata makhluk dan kongkrit di mata Allah SWT.
Kita tahu bahwa sifat sombong sebagaimana yang dijelaskan pada paragraf pertama di atas adalah salah satu sifat yang paling tidak disukai Allah. Namun bagi penulis jika sombong yang kita genggam adalah sombong dalam bentuk yang abstrak di mata makhluk termasuk manusia dan kongkrit di mata Allah sang pencipta, maka penulis yakin dan percaya, kita akan menjadi pemimpin di muka bumi ini yang selalu membawa rahmatan lil’alamin (keselamatan bagi seluruh alam).
Kita semestinya harus sombong. Sebab kita adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan lain-Nya, termasuk malaikat. Kita dikatakan sempurna karena kita dibekali akal, hati dan nafsu. Sementara makhluk-makhluk yang lain tidak. Malaikat hanya dibekali akal dan hati. Adapun hewan hanya dibekali akal dan nafsu serta sedikit hati. Hal inilah yang menjadi motif besar kenapa penulis menyarankan kita untuk berlaku sombong.
Kita kembali lagi ke permasalahan. Pembaca yang bijaksana! Sombong yang abstrak adalah sombong yang tidak terlihat oleh makhluk. Contohnya seperti ini: ketika diberi amanah (tarulah menjadi pemimpin/entah desa, kecamatan, kabupaten ataun provinsi atau bahkan negara). Jika kita menjadi pemimpin, maka berlaku sombonglah. Sombong dalam artian yang abstrak. Sebab dengan berlaku sombong yang abstrak, maka segala pekerjaan akan bisa diselesaikan dengan sempurna, bahkan lebih sempurna lagi tanpa kita sadari. Kenapa? Karena sombong seperti ini, di mata Allah adalah sombong yang seharusnya. Adalah sombong yang semestinya. Dan adalah sombong yang terindah. Karena sombong ini adalah sombong yang dinantikan Allah kepada kita.
Sombong abstrak di mata makhluk/manusia dan kongkrit di mata Allah merupakan sombong yang direalisasikan hanya Allah yang tahu. Aku yakin aku bisa. Bahkan lebih dari sekedar bisa. Sebab aku dibekali akal, hati dan nafsu. Sebab itulah aku dikatakan sempurna dan sebab itulah aku pun disujud oleh semua makhluk kecuali setan. Jika aku tidak bisa maka apa bedanya aku dengan setan? Hehe, sambil tersenyum bangga yang tak terlihat pula aku pun segera membuktikan kepada malikat bahwa aku adalah wakil Tuhan yang dulunya dia memprotes ketika Tuhan mau menciptakanku. Kini bersiaplah untuk malu.
Pernyataan di atas adalah sedikit dari sekian banyak bentuk dari sifat sombong yang penulis maksudkan. Akan tetapi jika pernyataan tersebut, dilakukan secara nyata dan dapat dilihat oleh makhluk/manusia, maka sombong tersebut akan menjadi sombong yang dimurkai oleh Allah SWT. Namun apabila pernyataan di atas, dilakukan secara nyata dan hanya dilihat oleh Allah, maka kau akan menjadi kekasih Allah kelak, insya Allah. Amin 3x. Sombong seperti inilah yang dimaksudkan penulis dalam tulisan ini. Terima kasih. Wallahu a’lam bissawab. Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar