BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
masyarakat pasti akan mengalami perubahan, baik masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern. Yang mana, perubahan masyarakat adalah sebuah fenomena alamiah seiring
dengan perputaran waktu, disebabkan kehidupan menusia yang secara teratur
bergerak menuju kesempurnaan (dinamis). Perubahan terjadi dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat, seperti pola kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Perubahan budaya
yang terjadi memberi efek bagi masyarakat secara menyeluruh, perubahan di satu
bidang akan diikuti perubahan di bidang lainnya. Salah satu bagian dari perubahan,
terdapatnya pelapisan sosial dalam masyarakat. Menurut Harun Nasution, Perubahan identik dengan modernisme
di Barat, yang mengadung arti fikirin, aliran, gerakan, dan usaha untuk merubah
faham-faham, adat istiadat, institusi lama dll, untuk disesuaikan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Efek yang ditimbulkan dari
perubahan tersebut terhadap masyarakat bisa berbentuk positif dan juga bisa
berbentuk negatif. Dalam hal ini perlu ada benteng nilai dan norma yang bisa
mengarahkan manusia dalam mengikuti perubahan tersebut yang mana terjadi dengan
semakin pesat. Agama dalam konteks ini memiliki posisi yang sangat penting
dalam kehidupan sosial masyarakat dengan berbagai ragam fenomena dan fakta.
Islam adalah agama dakwah, artinya
agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan
kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat
dengan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para masyarakat dalam menunjang peradaban
hidup mereka karena itulah pada banyak masyarakat selalu
mendapatkan problematika yang bermacam-macam yang datang secara langsung maupun
tidak langsung dari komunitas yang dijadikan sebagai sasaran dakwah.
B.
Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang di atas muncul beberapa
permasalahan yang akan kami kaji dalam makalah ini, di antaranya adalah:
1. Apa pengertian dari dakwah dan budaya?
2. Struktur dari pada Masyarakat
3. Peranan dakwah dalam merubah suatu masyarakat
C.
Tujuan Makalah
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian dakwah.
2. Pengertian budaya.
3. Struktur kemasyarakatan dan peranan dakwah di dalamnya.
D.
Manfaat Penulis
1.
Memberi pengetahuan baru tentang dakwah dan
budaya.
2.
Memberi cakrawala baru pada pembaca perihal peranan
dakwah Islamiah.
3.
Memberi pengetahuan baru tentang peranan dakwah terhadap
perubahan struktur budaya dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dakwah
Pengertian mengenai dakwah, telah banyak dibuat para ahli, di
mana masing-masing definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda
susunan redaksinya, namun maksud dan makna hakikinya sama.[1]
Secara harfiah (etimologi) kata dakwah mengandung
arti, antara lain: ajakan, panggilan, seruan, permohonan (do’a), pembelaan dan
lain sebagainya.[2]
Secara konseptual, dakwah diarahkan pada usaha merubah sikap beragama dari
masyarakat penerima dakwah dan dalam pelaksanaannya dakwah dilakukan dengan
jiwa tulus serta ikhlas. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang
menggambarkan idealisme dakwah yang bertujuan agar manusia mengikuti jalan
lurus yang telah digariskan oleh Allah SWT, sehingga mereka selamat dalam
kehidupan dunia dan akhirat.[3]
B.
Pengertian Budaya
Culture atau
budaya, kita sudah sering mendengar kata budaya tersebut. Negara kita dengan
semua propinsi yang ada ternyata masing-masing mempunyai budayanya sendiri. Apa
itu budaya?
Kata budaya
diambil dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang
mempunyai arti bahwa segala sesuatu yang ada hubungannya dengan akal dan budi
manusia. Secara harfiah, budaya ialah cara hidup yang dimiliki sekelompok
masyarakat yang diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya.
Adapun perbedaan antara agama, suku, politik, pakaian, lagu, bahasa, bangunan,
maupun karya seni itu akan membuat terbentuknya suatu budaya.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya, yaitu: “Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri”. Citra yang memaksa itu,
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme
kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan
kolektif” di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.[4]
C.
Struktur Kemasyarakatan dan
Peranan Dakwah di Dalamnya
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Itu semua diperoleh dari pengertian mengenai kebudayaan, yaitu:
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misal: pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan
lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Manusia adalah
makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain dalam kehidupannya, sekelompok
manusia yang saling membutuhkan tersebut akan membentuk suatu kehidupan bersama
yang disebut dengan masyarakat. Masyarakat itu sendiri dapat diartikan sebagai
suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat
istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Dalam hidup bermasyarakat, manusia senantiasa menyerasikan
diri dengan lingkungan sekitarnya dalam usahanya menyesuaikan diri untuk
meningkatkan kualitas hidup, karena itu suatu masyarakat sebenarnya merupakan
sistem adaptif karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai
kepentingan dan tentunya untuk dapat bertahan, namun disamping itu masyarakat
sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat
tersebut dapat hidup terus.
Menurut Ian Robertson struktur
masyarakat terdiri dari status (peranan), roles (norma bertingkah laku), groups
(kelompok orang) dan institution (interaksi yang berada dalam jaringan).
Setelah kita memahami apa yang dimaksud dengan masyarakat maka dapat kita
fahami bahwa perubahan, perkembangan, dinamika, adalah kata-kata yang
menggambarkan karakter alamiah manusia, yang dikatakan Zanab al-khudhari
sebagai tabiat. Muhammad Syarîf Ahmad menyebutnya suatu sunnah kehidupan.
Kehidupan berubah karena adanya perubahan pada saat adanya perbedaan waktu. Ian
Robertson menegaskan masyarakat memiliki suatu identitas yaitu kesamaan tempat,
interaksi, kesamaan
kultur (budaya) dan
nilai sosial.
Dari unsur tersebut terbentuklah apa yang dinamai dengan suatu perubahan masyarakat terjadi
apabila pada salah satu unsur tersebut mengalami perubahan.
Perubahan masyarakat
atau perubahan
sosial ialah perubahan pola-pola budaya, struktur sosial dan perilaku sosial
pada rentangan waktu.
Menurut Weber, sebuah perubahan berkaitan erat dengan keyakinan
dan pemikiran.
1)
Peran Agama Dalam Masyarakat
Agama adalah
sistem keyakinan atau kepercayaan manusia terhadap sesuatu zat yang dianggap
Tuhan, berdasarkan yang bersumber dari pengetahuan diri. Siapapun Tuhannya itu
adalah hak setiap orang sesuai latar belakang pengetahuannya masing-masing. Yang
secara sederhana, dapat dimengerti bahwa: asal ada orang percaya kepada Zat
Tuhan, berarti dia sudah beragama.
Selanjutnya
agama juga didefinisikan sebagai sistem kepercayaan, yang di dalamnya meliputi
aspek-aspek hukum, moral dan budaya. Agama sebagai bentuk keyakinan manusia
terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supernatural) dan seakan menyertai
manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai
bagi kehidupan secara individu maupun dalam hubungannya dengan kehidupan
bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak kehidupan sehari-hari.
2)
Peranan Dakwah di Dalamnya
Dalam
kehidupan bermasyarakat, khususnya kehidupan umat Islam, dakwah mempunyai
kedudukan yang amat penting. Dengan esensi dari dakwah itu sendiri yang
berarti, aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun
kolektif, dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Dengan dakwah,
dapat disampaikan serta dijelaskan mengenai ajaran Islam kepada masyarakat dan
umat sehingga sasaran dapat mengetahui perkara yang benar (haq) atau perkara
yang salah (batil). Jadi, peranan dakwah salah satunya adalah dapat
mempengaruhi masyarakat untuk menyukai perkara yang baik serta dapat menolak
apa saja yang tidak betul yang berlaku dalam masyarakat. Sekiranya ini dapat
diwujudkan dalam masyarakat Islam, sudah tentu hasrat kehidupan yang baik di
dunia dan di akhirat dapat dicapai.
Islam memang
merupakan agama dakwah, mungkin lebih dari agama lainnya. Ada tiga hal yang
disebut sebagai hakekat dakwah islamiah. Hakekat dakwah itu meliputi tiga hal,
yaitu bahwa dakwah itu adalah merupakan sebuah kebebasan, rasionalitas, dan
universal.[5]
Ini merupakan prinsip dalam berdakwah yang memilkiki nilai tinggi dimana
kebebasan dalam memeluk agama, yang betapa Allah memuliakan dan menghargai
kehendak manusia, pikirannya dan perasaannya, serta membiarkannya mengurus
urusannya sendiri dan menanggung segala perbuatannya. Karena prinsip ini
merupakan prinsip kebebasan yang merupakan ciri manusia yang paling spesifik.
Dan sesungguhnya kebebasan khususnya kebebasan berakidah merupakan hak asasi
manusia yang paling pertama. Islam telah mendahulukan ajaran dalam hal seruan
kepada kebebasan naluri manusia dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia.[6]
Dan Islam adalah agama yang berurusan dengan alam kemanusiaan. Karenanya dengan
seluruh pesan dengan cara yang amat dalam dan cerdas ada bersama manusia tanpa
ruang dan waktu.[7]
Da’wah akan berhadapan dengan dimensi
masyarakat, yang dari kurun ke kurun berkembang dan memiliki karakternya
masing-masing. Da’wah yang efektif tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan
fungsinya agar fungsi rahmatan lil `alamin yang dipikulnya dapat bekerja
optimal. Dengan kata lain, modal da’wah pada setiap zaman tentu akan berbeda,
karena mesti dibawakan, dikomunikasikan, disesuaikan dengan karakter zamannya.
Pesan Rasulullah SAW sangat jelas, "khotibunnasi ‘ala qodri `uqulihim‘;
"khotibunnas ‘ala lughotihim" Da’wah harus mampu berkomunikasi
secara efektif, disesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat yang menjadi
obyek da’wahnya. Bila cara dan muatan da’wah tidak "match"
dengan situasi/kondisi dan tuntutan da’wah, sangat mungkin da’wah tersebut
ditinggalkan orang. Aktivis da’wah seharusnya mengenal dan memahami
karakter medan da’wahnya. Kehidupan masyarakat di masa da’wah kita adalah
masyarakat yang tata dan pola kehidupannya sangat complicated, baik
kecenderungan (trend), gaya (style), kebiasaan (habit),
ataupun keinginan dan kebutuhan mereka (will and need). Budaya global
juga menjadi salah satu pemicu berubahnya secara signifikan pola dan tata
kehidupan masyarakat.
Dahwah pada era globalisasi ini
dihadapkan pada berbagai problematika yang kompleks. Hal ini tidak terlepas
dari adanya perkembangan masyarakat yang semakin maju. Pada masyarakat agraris
kehidupan manusia penuh dengan kesahajaan tentunya memiliki problematika hidup
yang berbeda dengan masyarakat sekarang yang cenderung matrealistik dan
indifidualistik. Ada tiga problematika besar yang dihadapi dakwah pada era sekarang
ini, Pertama, pemahaman masyarakat pada umumnya terhadap dakwah lebih
diartikan sebagai aktifitas yang bersifat oral communication (tablih) sehingga
aktifitas dakwah lebih beriontasi pada kegiatan-kegiatan caramah. Kedua,
problematika yang berasifat epistemologis. Dakwah pada era sekarang bukan hanya
bersifat rutinitas, temporal dan instan, melainkan dakwah membutuhkan paradigma
keilmuan. Dengan adanya keilmuan dakwah tentunya hal-hal yang terkait dengan
langkah srategis dan teknis dapat dicari runjukannya melalui teori-teori
dakwah. Ketiga, problem yang menyangkut sumber daya manusia.
Dakwah merupakan sarana vital bagi
proses perkembangan dan kemajuan Islam. Secara historis, kehadiran dan peran
dakwah senantiasa berinteraksi dengan perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat. Dalam kehidupan para Rosul Allah termasuk Muhammad SAW, kehadiran
dan peran dakwah memiliki arti yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak hanya diperkenalkan dan diajarkan
tentang masalah-masalah ibadah mahdhoh, melainkan juga diajarkan bagaimana
hidup bermasyarakat dan bernegara karena Islam adalah sebuah din yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia.[8]
Oleh karena itu, dakwah yang dilakukan Muhammad SAW tidak terlepas dari konteks
kehidupan masyarakat sebagai objek dakwahnya. Sebagaimana pesan yang
disampaikan oleh Beliau: ”Kami perintah supaya berbicara kepada manusia
menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing” (H.R. Muslim). Ajaran
Nabi ini memberikan kerangka berfikir yang bersifat prinsipil dan metologis
dalam pengembangan dakwah.
Dakwah Islamiah yang telah berjalan
ratusan dan bahkan ribuan tahun lamanya di permukaan bumi ini telah mencapai
hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dengan tolok ukur banyaknya berdiri
rumah ibadah, jumlah madrasah yang semakin bertambah, jumlah jamaah haji yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun dan lain-lain sebagainya. Namun demikian
sering dengan terjadinya proses modernisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi telah menyebabkan tolok ukur keberhasilan itu berubah. Tolok ukur
keberhasilan dakwah tersebut bukan hanya ditentukan oleh yang tersebut di atas,
tetapi keberhasilan tersebut lebih ditentukan sejauh mana kualitas keberagamaan
umat manusia secara sosial dalam arti menurunnya angka kemaksiatan dalam
masyarakat, terhindarnya generasi muda dari ancaman Narkoba, HIV/Aids, dan
meningkatnya akhlaq dan atau moralitas masyarakat.Salah satu persoalan yang
dihadapi oleh masyarakat kita saat ini dalam kaitan dengan keberhasilan dakwah
adalah, pada satu sisi rumah ibadah bertambah dan berdiri megah
sekalipun jamaah yang melaksanakan ibadah di dalamnya sedikit, jumlah madrasah
yang semakin bertambah, jumlah jamaah haji yang semakin meningkat dari tahun ke
tahun dan lain-lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian singkat di atas tentang Peranan dakwah islamiah dalam merubah struktur
budaya masyarakat, maka kami dapat menyimpulkan bahwa:
a)
Dakwah
hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan.
Menyeru seseorang pada agama Islam maknanya adalah Anda berupaya untuk menumbuhkan
kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang anda serukan, yakni Islam. Oleh
karena itu, dakwah Isalm tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, tetapi
mencakup seluruh aktivitas lisan atau perbuatan, yang ditujukan dalam rangka
menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada Islam. Dengan demikian dakwah
Islam dijalankan melalui aktivitas lisan (lisan al-hal) dan
aktivitas perbuatan (lisan al-maqal).
b)
Da’wah akan
berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun ke kurun berkembang dan
memiliki karakternya masing-masing. Da’wah yang efektif tentu harus cerdas
dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil `alamin
yang dipikulnya dapat bekerja optimal. Dengan kata lain, modal da’wah pada
setiap zaman tentu akan berbeda, karena mesti dibawakan, dikomunikasikan,
disesuaikan dengan karakter zamannya. Pesan Rasulullah SAW sangat jelas, "khotibunnasi
‘ala qodri `uqulihim‘, "khotibunnas ‘ala lughotihim"
Da’wah harus mampu berkomunikasi secara efektif, disesuaikan dengan kondisi dan
karakter masyarakat yang menjadi obyek da’wahnya. Itu yang menjadi pengaruh,
sejauh mana peran dakwah dalam sebuah masyarakat.
Daftar
Pustaka
Amin,
Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Prasetya, Joko Tri, dkk. 1998, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta, Rineka
Cipta
Ali, Abdulah. 2005. Agama dalam perspektif Sosiologi Antropologi,
Cirebon, STAIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar