favorite

Jumat, 18 Desember 2015

Peranan dakwah dalam merubah suatu masyarakat



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Yang mana, perubahan masyarakat adalah sebuah fenomena alamiah seiring dengan perputaran waktu, disebabkan kehidupan menusia yang secara teratur bergerak menuju kesempurnaan (dinamis). Perubahan terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, seperti pola kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Perubahan budaya yang terjadi memberi efek bagi masyarakat secara menyeluruh, perubahan di satu bidang akan diikuti perubahan di bidang lainnya. Salah satu bagian dari perubahan, terdapatnya pelapisan sosial dalam masyarakat. Menurut Harun Nasution, Perubahan identik dengan modernisme di Barat, yang mengadung arti fikirin, aliran, gerakan, dan usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi lama dll, untuk disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Efek yang ditimbulkan dari perubahan tersebut terhadap masyarakat bisa berbentuk positif dan juga bisa berbentuk negatif. Dalam hal ini perlu ada benteng nilai dan norma yang bisa mengarahkan manusia dalam mengikuti perubahan tersebut yang mana terjadi dengan semakin pesat. Agama dalam konteks ini memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat dengan berbagai ragam fenomena dan fakta.
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para masyarakat dalam menunjang peradaban hidup mereka karena itulah pada banyak masyarakat selalu mendapatkan problematika yang bermacam-macam yang datang secara langsung maupun tidak langsung dari komunitas yang dijadikan sebagai sasaran dakwah.


B.     Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang di atas muncul beberapa permasalahan yang akan kami kaji dalam makalah ini, di antaranya adalah:
1.      Apa pengertian dari dakwah dan budaya?
2.      Struktur dari pada Masyarakat
3.      Peranan dakwah dalam merubah suatu masyarakat
C.    Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.      Pengertian dakwah.
2.      Pengertian budaya.
3.      Struktur kemasyarakatan dan peranan dakwah di dalamnya.
D.    Manfaat Penulis
1.      Memberi pengetahuan baru tentang dakwah dan budaya.
2.      Memberi cakrawala baru pada pembaca perihal peranan dakwah Islamiah.
3.      Memberi pengetahuan baru tentang peranan dakwah terhadap perubahan struktur budaya dalam masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dakwah
Pengertian mengenai dakwah, telah banyak dibuat para ahli, di mana masing-masing definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda susunan redaksinya, namun maksud dan makna hakikinya sama.[1]
Secara harfiah (etimologi) kata dakwah mengandung arti, antara lain: ajakan, panggilan, seruan, permohonan (do’a), pembelaan dan lain sebagainya.[2] Secara konseptual, dakwah diarahkan pada usaha merubah sikap beragama dari masyarakat penerima dakwah dan dalam pelaksanaannya dakwah dilakukan dengan jiwa tulus serta ikhlas. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan idealisme dakwah yang bertujuan agar manusia mengikuti jalan lurus yang telah digariskan oleh Allah SWT, sehingga mereka selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat.[3]
B.     Pengertian Budaya
Culture atau budaya, kita sudah sering mendengar kata budaya tersebut. Negara kita dengan semua propinsi yang ada ternyata masing-masing mempunyai budayanya sendiri. Apa itu budaya?
Kata budaya diambil dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang mempunyai arti bahwa segala sesuatu yang ada hubungannya dengan akal dan budi manusia. Secara harfiah, budaya ialah cara hidup yang dimiliki sekelompok masyarakat yang diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya. Adapun perbedaan antara agama, suku, politik, pakaian, lagu, bahasa, bangunan, maupun karya seni itu akan membuat terbentuknya suatu budaya.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya, yaitu: “Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri”. Citra yang memaksa itu, mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.[4]
C.    Struktur Kemasyarakatan dan Peranan Dakwah di Dalamnya
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Itu semua diperoleh dari pengertian mengenai kebudayaan, yaitu: Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misal: pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain dalam kehidupannya, sekelompok manusia yang saling membutuhkan tersebut akan membentuk suatu kehidupan bersama yang disebut dengan masyarakat. Masyarakat itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dalam hidup bermasyarakat, manusia senantiasa menyerasikan diri dengan lingkungan sekitarnya dalam usahanya menyesuaikan diri untuk meningkatkan kualitas hidup, karena itu suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai kepentingan dan tentunya untuk dapat bertahan, namun disamping itu masyarakat sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat tersebut dapat hidup terus.
Menurut Ian Robertson struktur masyarakat terdiri dari status (peranan), roles (norma bertingkah laku), groups (kelompok orang) dan institution (interaksi yang berada dalam jaringan). Setelah kita memahami apa yang dimaksud dengan masyarakat maka dapat kita fahami bahwa perubahan, perkembangan, dinamika, adalah kata-kata yang menggambarkan karakter alamiah manusia, yang dikatakan Zanab al-khudhari sebagai tabiat. Muhammad Syarîf Ahmad menyebutnya suatu sunnah kehidupan. Kehidupan berubah karena adanya perubahan pada saat adanya perbedaan waktu. Ian Robertson menegaskan masyarakat memiliki suatu identitas yaitu kesamaan tempat, interaksi, kesamaan kultur (budaya) dan nilai sosial.
Dari unsur tersebut terbentuklah apa yang dinamai dengan suatu perubahan masyarakat terjadi apabila pada salah satu unsur tersebut mengalami perubahan.
Perubahan masyarakat atau perubahan sosial ialah perubahan pola-pola budaya, struktur sosial dan perilaku sosial pada rentangan waktu.
Menurut Weber, sebuah perubahan berkaitan erat dengan keyakinan dan pemikiran.
1)      Peran Agama Dalam Masyarakat
Agama adalah sistem keyakinan atau kepercayaan manusia terhadap sesuatu zat yang dianggap Tuhan, berdasarkan yang bersumber dari pengetahuan diri. Siapapun Tuhannya itu adalah hak setiap orang sesuai latar belakang pengetahuannya masing-masing. Yang secara sederhana, dapat dimengerti bahwa: asal ada orang percaya kepada Zat Tuhan, berarti dia sudah beragama.
Selanjutnya agama juga didefinisikan sebagai sistem kepercayaan, yang di dalamnya meliputi aspek-aspek hukum, moral dan budaya. Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supernatural) dan seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan secara individu maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak kehidupan sehari-hari.
2)      Peranan Dakwah di Dalamnya
Dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya kehidupan umat Islam, dakwah mempunyai kedudukan yang amat penting. Dengan esensi dari dakwah itu sendiri yang berarti, aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif, dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Dengan dakwah, dapat disampaikan serta dijelaskan mengenai ajaran Islam kepada masyarakat dan umat sehingga sasaran dapat mengetahui perkara yang benar (haq) atau perkara yang salah (batil). Jadi, peranan dakwah salah satunya adalah dapat mempengaruhi masyarakat untuk menyukai perkara yang baik serta dapat menolak apa saja yang tidak betul yang berlaku dalam masyarakat. Sekiranya ini dapat diwujudkan dalam masyarakat Islam, sudah tentu hasrat kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat dapat dicapai.
Islam memang merupakan agama dakwah, mungkin lebih dari agama lainnya. Ada tiga hal yang disebut sebagai hakekat dakwah islamiah. Hakekat dakwah itu meliputi tiga hal, yaitu bahwa dakwah itu adalah merupakan sebuah kebebasan, rasionalitas, dan universal.[5] Ini merupakan prinsip dalam berdakwah yang memilkiki nilai tinggi dimana kebebasan dalam memeluk agama, yang betapa Allah memuliakan dan menghargai kehendak manusia, pikirannya dan perasaannya, serta membiarkannya mengurus urusannya sendiri dan menanggung segala perbuatannya. Karena prinsip ini merupakan prinsip kebebasan yang merupakan ciri manusia yang paling spesifik. Dan sesungguhnya kebebasan khususnya kebebasan berakidah merupakan hak asasi manusia yang paling pertama. Islam telah mendahulukan ajaran dalam hal seruan kepada kebebasan naluri manusia dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.[6] Dan Islam adalah agama yang berurusan dengan alam kemanusiaan. Karenanya dengan seluruh pesan dengan cara yang amat dalam dan cerdas ada bersama manusia tanpa ruang dan waktu.[7]
Da’wah akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun ke kurun berkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Da’wah yang efektif tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil `alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal. Dengan kata lain, modal da’wah pada setiap zaman tentu akan berbeda, karena mesti dibawakan, dikomunikasikan, disesuaikan dengan karakter zamannya. Pesan Rasulullah SAW sangat jelas, "khotibunnasi ‘ala qodri `uqulihim‘; "khotibunnas ‘ala lughotihim" Da’wah harus mampu berkomunikasi secara efektif, disesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat yang menjadi obyek da’wahnya. Bila cara dan muatan da’wah tidak "match" dengan situasi/kondisi dan tuntutan da’wah, sangat mungkin da’wah tersebut ditinggalkan orang.  Aktivis da’wah seharusnya mengenal dan memahami karakter medan da’wahnya. Kehidupan masyarakat di masa da’wah kita adalah masyarakat yang tata dan pola kehidupannya sangat complicated, baik kecenderungan (trend), gaya (style), kebiasaan (habit), ataupun keinginan dan kebutuhan mereka (will and need). Budaya global juga menjadi salah satu pemicu berubahnya secara signifikan pola dan tata kehidupan masyarakat.
Dahwah pada era globalisasi ini dihadapkan pada berbagai problematika yang kompleks. Hal ini tidak terlepas dari adanya perkembangan masyarakat yang semakin maju. Pada masyarakat agraris kehidupan manusia penuh dengan kesahajaan tentunya memiliki problematika hidup yang berbeda dengan masyarakat sekarang yang cenderung matrealistik dan indifidualistik. Ada tiga problematika besar yang dihadapi dakwah pada era sekarang ini, Pertama, pemahaman masyarakat pada umumnya terhadap dakwah lebih diartikan sebagai aktifitas yang bersifat oral communication (tablih) sehingga aktifitas dakwah lebih beriontasi pada kegiatan-kegiatan caramah. Kedua, problematika yang berasifat epistemologis. Dakwah pada era sekarang bukan hanya bersifat rutinitas, temporal dan instan, melainkan dakwah membutuhkan paradigma keilmuan. Dengan adanya keilmuan dakwah tentunya hal-hal yang terkait dengan langkah srategis dan teknis dapat dicari runjukannya melalui teori-teori dakwah. Ketiga, problem yang menyangkut sumber daya manusia.
Dakwah merupakan sarana vital bagi proses perkembangan dan kemajuan Islam. Secara historis, kehadiran dan peran dakwah senantiasa berinteraksi dengan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam kehidupan para Rosul Allah termasuk Muhammad SAW, kehadiran dan peran dakwah memiliki arti yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak hanya diperkenalkan dan diajarkan tentang masalah-masalah ibadah mahdhoh, melainkan juga diajarkan bagaimana hidup bermasyarakat dan bernegara karena Islam adalah sebuah din yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.[8] Oleh karena itu, dakwah yang dilakukan Muhammad SAW tidak terlepas dari konteks kehidupan masyarakat sebagai objek dakwahnya. Sebagaimana pesan yang disampaikan oleh Beliau: ”Kami perintah supaya berbicara kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing” (H.R. Muslim). Ajaran Nabi ini memberikan kerangka berfikir yang bersifat prinsipil dan metologis dalam pengembangan dakwah.
Dakwah Islamiah yang telah berjalan ratusan dan bahkan ribuan tahun lamanya di permukaan bumi ini telah mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dengan tolok ukur banyaknya berdiri rumah ibadah, jumlah madrasah yang semakin bertambah, jumlah jamaah haji yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan lain-lain sebagainya. Namun demikian sering dengan terjadinya proses modernisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah menyebabkan tolok ukur keberhasilan itu berubah. Tolok ukur keberhasilan dakwah tersebut bukan hanya ditentukan oleh yang tersebut di atas, tetapi keberhasilan tersebut lebih ditentukan sejauh mana kualitas keberagamaan umat manusia secara sosial dalam arti menurunnya angka kemaksiatan dalam masyarakat, terhindarnya generasi muda dari ancaman Narkoba, HIV/Aids, dan meningkatnya akhlaq dan atau moralitas masyarakat.Salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat kita saat ini dalam kaitan dengan keberhasilan dakwah adalah, pada satu sisi   rumah ibadah bertambah dan berdiri megah sekalipun jamaah yang melaksanakan ibadah di dalamnya sedikit, jumlah madrasah yang semakin bertambah, jumlah jamaah haji yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan lain-lain sebagainya.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian singkat di atas tentang Peranan dakwah islamiah dalam merubah struktur budaya masyarakat, maka kami dapat menyimpulkan bahwa:
a)      Dakwah hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan. Menyeru seseorang pada agama Islam maknanya adalah Anda berupaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang anda serukan, yakni Islam. Oleh karena itu, dakwah Isalm tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan atau perbuatan, yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada Islam. Dengan demikian dakwah Islam dijalankan melalui aktivitas lisan  (lisan al-hal) dan aktivitas perbuatan (lisan al-maqal).
b)      Da’wah akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari kurun ke kurun berkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Da’wah yang efektif tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil `alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal. Dengan kata lain, modal da’wah pada setiap zaman tentu akan berbeda, karena mesti dibawakan, dikomunikasikan, disesuaikan dengan karakter zamannya. Pesan Rasulullah SAW sangat jelas, "khotibunnasi ‘ala qodri `uqulihim‘, "khotibunnas ‘ala lughotihim" Da’wah harus mampu berkomunikasi secara efektif, disesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat yang menjadi obyek da’wahnya. Itu yang menjadi pengaruh, sejauh mana peran dakwah dalam sebuah masyarakat.



Daftar Pustaka
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Prasetya, Joko Tri, dkk. 1998, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta, Rineka Cipta
Ali, Abdulah. 2005. Agama dalam perspektif Sosiologi Antropologi, Cirebon, STAIN





[1] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 2
[2] Dr. H. Awaluddin Pimay, Lc., M.Ag., Paradigma Dakwah Humanis, (Semarang: RaSAIL. 2005), h. 13
[3] Ibid, h. 19
[4] http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.
[5] Ismail. Al-Faruqi, R., Lamnya, Lois, Atlas Budaya Islam; Menjelajah Khazanah Peradaban  Gemilang, (Bandung, Mizan, 1998), h. 219
[6] Muhammad Husain Abdullah, Metodelogi Dakwah dalam Al-Quran, (Jakarta, Lentera Basritama, 1997), h.150
[7] Nurcholis Majid, Islam Kemerdekaan dan Keindonesiaan, (Mizan, Bandung, 1998), h.286

Tidak ada komentar:

Posting Komentar