BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Al-Qur’an
adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. untuk
disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an sendiri dalam proses penurunannya
mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan
bermacam-macam nabi menerimanya. Disesuaikan dengan kapasitas intelektual dan
konteks masalah yang dihadapi umat manusia.
Dengan
demikian, untuk memahami Al-Qur’an, sejak masa sahabat sampai sekarang.
Penjelasan tafsir Al-Qur’an oleh nabi Muhammad Saw. kepada para sahabatnya
disinyalir merupakan embrio dari munculnya ilmu-ilmu Al-Qur’an. Di samping itu,
yang perlu dijadikan catatan penting adalah keberadaan para sahabat ketika Al-Qur’an
diturunkan. Semakin sering sahabat bersama nabi Muhammad Saw., maka semakin banyak yang diketahui oleh sahabat tentang Al-Qur’an dan
proses penurunannya, termasuk sebab-sebab yang melatari turunnya sebuah ayat.
Kondisi inilah yang dinilai sebagai tongkak permulaan dari perjalanan kajian Asbab
Al-Nuzul dalam cakrawala ilmu keislaman.
1.2
Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang di atas muncul beberapa
permasalahan yang akan kami kaji dalam makalah ini, di antaranya adalah:
1. Apa pengertian dari Asbab Al-Nuzul itu ?
2. Metode mengetahui Asbab Al-Nuzul
3. Ragam Asbab Al-Nuzul dan pembagiannya
4. Apakah faedah (manfaat) dari mengetahui Asbab Al-Nuzul itu ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah atau karya tulis ini adalah
sebagaimana berikut:
1.
Untuk mengetahui dan memahami
pengertian Asbab Al-Nuzul
2.
Untuk mengetahui ragam Asbab Al-Nuzul
3. Untuk
mengetahui kegunaan mempelajari Asbab Al-Nuzul
1.4 Manfaat
Penulisan
1. Memberi
pengetahuan baru tentang
Asbab Al-Nuzul.
2. Memberi
cakrawala baru pada pembaca perihal Asbab Al-Nuzul.
3. Memberi pengetahuan untuk
mempermudah dalam penafsiran Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Asbab Al-Nuzul
Asbab
Al-Nuzul adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas
mengenai latar belakang/sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an
diturunkan. Menurut bahasa
(etimologi), asbab Al-Nuzul berarti turunnya
ayat-ayat Al-Qur’an dari kata
“asbab” jamak dari “sababa” yang artinya sebab-sebab, nuzul yang artinya turun.
Yang dimaksud disini adalah ayat al-Qur’an. Asbab Al-Nuzul adalah suatu
peristiwa atau saja yang menyebabkan turunnya ayat-ayat al-Qur’an baik secara
langsung atau tidak langsung.
Dalam pendefinisian Asbab Al-Nuzul,
banyak sekali ulama yang mencoba untuk memberikan pengertian dan pemahaman
terhadapnya. Di antara beberapa definisi Asbab Al-Nuzul yang diketengahkan oleh
para pakar Al-Qur’an adalah:
1.
Al-Suyuthi
Peristiwa yang melatari turunnya ayat
pada saat itu.
2.
Az-Zarqani dan Muhammad
Abu Syuhbah
Suatu kejadian atau peristiwa yang
menjadi sebab turunnya satu ayat atau beberapa ayat yang bercerita tentang
peristiwa tersebut atau sebagai penjelasan terhadap hukum dari peristiwa yang
terjadi saat itu.
3.
Khalid Abdullah Al-‘Akk
Sebuah disiplin ilmu yang membahas
tentang sebab-sebab yang melatari turunnya ayat atau surat, waktu turunnya,
tempat turunnya dan sebagainya. Asbab Al-Nuzul dianggap sebagai
sebuah disiplin ilmu, bukan sebagai objek ilmu.
Dari
semua definisi-definisi di atas (dan juga definisi lainnya yang tidak
disebutkan di sini) tampak bahwa Asbab Al-Nuzul merupakan respon dari Allah SWT
atas apa yang terjadi pada saat itu (waktu turunnya ayat). Peristiwa-peristiwa
yang terjadi bisa berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi Muhammad SAW
(Baik itu tentang hal-hal masa lalu, pada saat itu atau masa yang akan datang)
atau kejadian-kejadian yang dialami oleh sahabat (seperti perselisihan,
kesalahan yang dilakukan oleh para sahabat ataupun sebuah harapan atau
keinginan sahabat).
Salah
satu contoh Asbab Al-Nuzul berupa kejadian berkaitan dengan kesalahan atau
perbuatan yang dianggap tidak baik oleh agama. Yaitu kejadian beberapa sahabat
yang meminum arak kemudian shalat dalam keadaan mabuk. Mereka tidak mengerti
atau tidak ingat berapa rakaat shalat yang dilakukan dan apa ynagmereka baca
dalam shalat. Lalu salah seorang dari mereka menjadi imam. Setelah membaca
surat Al-fatihah, dia keliru membaca surat Al-kafirun dengan mengucapkan:
قُلْ يَاۤأَيُّهَا الْكَاۤفِرُوْنَ.
أَعْبُدُ مَاتَعْبُدُوْنَ
“Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku menyembah
apa yang kalian sembah.”
Dengan menyambung huruf "لا" yang terletak di depan lafaz "أعبد" . Kemudian turunlah ayat yang
menjelaskan peritiwa tersebut,
يَـــٰۤــأَيُّهَا الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا لَا تَقْرَبُوْا الصَّلَـٰوةَ وَأَنْتُمْ سُكَـٰرَىٰ حَتَّىٰ
تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, jangnlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan” (QS. Al-Nisa’ [04]: 43).
2.2
Metode
Mengetahui Asbab Al-Nuzul
Tidak ada suatu
metode untuk mengetahui latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an selain
dengan metode pengutipan dari riwayat-riwayat yang valid. Dalam menentukan
Asbab Al-Nuzul, tidak ada ruang gerak bagi ijtihad. Imam Al-Wahidi al-Naisaburi
menegaskan bahwa dalam menghukumi sebuah Asbab Al-Nuzul tidak boleh hanya
berdasarkan spekulasi dan mereka-reka saja atau tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio). Tidak
lain mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung
dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang yang
mana mereka berposisi sebagai sebab turunnya ayat. Serta meneliti dengan cermat baik dari kalangan sahabat, tabi'in atau lainnya, dengan
catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
Muhammad
Ibn Sirin pernah bertanya pada ‘Ubaidah tentang ayat Al-Qur’an. Kemudian
‘Ubaidah berkata padanya: “Takutlah kamu pada Allah Swt., dan berkatalah yang
benar.
Salah satu cara mengetahui Ababun Nuzul berupa riwayat yang shahih adalah
apabila perawi sendiri menyatakan lafazh sebab secara tegas, dalam hal ini
merupakan nash yang nyata.
2.3
Ragam Asbab
Al-Nuzul dan Pembagiannya
Dalam tataran realitas, terkadang sebuah ayat memiliki
beragam riwayat berbeda yang dapat dibagi kepada ta’addud al-asbab wa
al-nazil wahid (sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang
terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan ta’addud
al-nazil wa al-sabab wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau
kelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu).
2.3.1
Asbab Al-Nuzul ayat lebih dari satu
Apabila riwayat-riwayat
yang ada memiliki nilai kevalidan (shahih) semua, akan tetapi salah
satunya ada yang mengunggulkannya, maka yang diambil adalah riwayat yang
diunggulkan. Contohnya
adalah ayat:
وَيَسْئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ أَمْرِ رَبّـِى وَمَاۤ
أُوتِيْتُمْ مّـِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيْلًا
Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS.
al-Isra’ [17]: 85)
Ada dua
riwayat yang menceritakan tentang ayat di atas. Pertama, riwayat
yang diketerangkan oleh al-Bukhari yang berasal dari Ibn Mas’ud. Beliau
menceritakan ketika sedang berjalan di kota Madinah dengan Nabi Saw., bertemu
dengan sekelompok orang Yahudi. Kemudian seorang diantara mereka menyarankan
teman-temannya bertanya sesuatu kepada Nabi Saw.. Lalu mereka pun menanyakan
tentang roh kepada Nabi Saw., beliau pun berdiam sejenak lalu mengangkat
kepalanya ke atas dan Ibn Mas’ud pun paham bahwa wahyu sedang turun saat itu.
Kemudian Nabi Saw. membacakan wahyu yang baru diterimanya, yakni ayat di atas.
Kedua, riwayat yang
diketengahkan oleh al-Turmudzi yang berasal dari Ibn ‘Abbas, yang menceritakan
tentang orang Yahudi yang meminta pada orang Quraisy untuk menanyakan soal roh
pada nabi Saw. Kemudian orang Quraisy pun menanyakan pada Nabi Saw. lalu Allah
Swt. menurunkan ayat di atas.
Riwayat pertama
lebih didahulukan oleh mayoritas ulama dengan melihat dua poin. Pertama, berada
dalam riwayatnya al-Bukhari, yang lebih diutamakan dari pada ulama-ulama hadis
lainnya, termasu al-Turmudzi. Kedua, perawi riwayat pertama Ibn Mas’ud, yang
kapasitas ilmunya tentang Al-Qur’an tidak diragukan lagi dan lebih diunggulkan
di antara para sahabat lainnya, termasuk Ibn ‘Abbas.
2.3.2
Sebab turunnya ayat satu, ayat yang
turun lebih dari satu
Bagian ini kebalikan dari bagian yang pertama, yakni
dalan satu peristiwa turun beberapa ayat yang berbeda-beda. Kejadian seperti
ini tidak terlalu dipermasalahkan oleh ulama, karena itu banyak ayat yang turun
di dalam berbagai surat berkenaan dengan suatu peristiwa. Contohnya adalah apa
yang diriwayatkan al-Hakim dan al-Turmudzi berasal dari Ummu Salamah. Beliau
mengadu pada Nabi Saw., Kenapa Allah Swt. sama sekali tidak pernah menyinggung
kaum wanita dalam hijrah. Kemudian Allah Swt. menurunkan ayat, yang artinya:
“Maka Tuhan mereka Memperkenankan permohonannya
(dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah,
yang diusr dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang
dan yang dibunuh, pastilah akan kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan
pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah dan pada sisi-Nya terdapat pahala yang
baik.”(Ali Imran: 195)
Dalam riwayat al-Hakim yang lain, Ummu Salamah juga
mempertanyakan hal serupa, kemudian turun ayat yang artinya:
“Sungguh,
laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan Mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah Menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)
2.4
Faedah (manfaat) dari mengetahui Asbab Al-Nuzul
Dalam pembahasan yang berkaitan dengan asbab al-nuzul, masih saja
ada sebagian orang yang mempunyai anggapan bahwa tidak ada gunanya mengetahui asbab
al-nuzul. Alasan mereka, asbab al-nuzul tidak lebih hanyalah sekedar
sejarah dari sebab diturunkannya ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak memiliki
keterkaitan apa-apa dengan pembahasan Al-Qur’an. Anggapan
semacam ini tidak tepat dan sangat bertolak belakang sekali dengan apa yang
selama ini banyak dikomentari oleh beberapa ulama. Asbab al-nuzul merupakan suatu bagian dari pengetahuan tentang tafsir
Al-Qur’an. Dalam memahami Al-Qur’an atau menafsiri ayat Al-Qur’an mereka tidak
akan bisa melakukannya tanpa terlebih dahulu mempelajari asbab al-nuzul. Berdasarkan pendapat Ibn Taimiyah, beliau “mengetahui
sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an akan membantu seseorang itu memahami
kandungan makna dan kejelasan maksud ayat-ayat tersebut”. Karena mengetahui
sebab dapat menghasilkan pengetahuan musabbab (akibat). Al-Wahidi juga
memandang penting mengetahui asbab al-nuzul. Beliau mengatakan tidak
mungkin mengetahui tafsir sebuah ayat tanpa berpijak pada kisah dan kejelasan
turunnya ayat tersebut.
Beberapa
faedah mengetahui asbabun nuzul antara lain:
1.
Dapat mengetahui hikmah di balik penentuan hukum yang
disyariatkan Allah Swt. melalui Al-Qur’an.
2.
Membantu dalam memahami sebuah ayat dan menghilangkan
kerancuan dari ayat tersebut. Imam Al-Wahidi mengatakan, ”Tidak mungkin
orang bisa mengetahui tafsir suatu ayat tanpa mengetahui kisah dan penjelasan
mengenai turunnya lebih dahulu”. Sebagai sebuah contoh ialah firman Allah, "Kepunyaan
Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadapkan wajahmu, di sanalah
Wajah Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Meliputi dan Mahatahu". (Al-Baqarah:115)
3.
Menolak salah persepsi pembatasan sebuah hukum (al-hasr).
4.
Menentukan sebuah hukum dengan melalui sebab turunnya
ayat menurut orang yang berpandangan bahwa yang dianggap adalah kekhususan
sebab, bukan umumnya lafaz yang dipakai (al’ibratu bikhusyusyi al-sababi la
biumumi al-lafdzi).
5.
Mengetahui asbab al-nuzul tidak keluar dari hukum
yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya (yang
mengkhususkannya).
6.
Dapat diketahui dan ditentukan obyek atau sasaran
(nama orang) dari turunnya suatu ayat sehingga tidak menimbulkan kekeliruan.
7.
Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-qur’an
serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika
mengetahui asbab al-nuzul sebuah ayat.
BAB II
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sebagai Muslim sudah sepantasnyalah kita mencintai,
memelihara, mempelajari segala nilai-nilai yang terdapat pada Al-Qur’an dengan
sebaik mungkin, salah satu wujud bahwa kita mencintai Al-Qur’an dengan cara
banyak membaca Al-Qur’an serta mengamalkan nilai yang ada di dalamnya. Maka untuk
itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk memahami apa yang terkandung dalam
Al-Qur’an sebagai kitap suci kita yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada nabi
Muhammad Saw.. Dengan mempelajari “Asbab Al-Nuzul” yang mana asbab al-nuzul
adalah konsep, teori atau berita tentang adanya "sebab-sebab
turun"-nya wahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada Nabi Saw., baik berupa
satu ayat, satu rangkaian ayat atau satu surat.
Pengetahuan tentang asbab al-nuzul akan membantu seseorang memahami
sebuah ayat yang diturunkan. Hal itu akan memberi penjelasan tentang sebuah
firman dan memberi bahan melakukan penafsiran dan pemikiran tentang bagaimana
menggunakan sebuah firman itu dalam situasi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Forum Karya Ilmiah Raden, al-Qur’an Kita Studi
Ilmu Sejarah dan Tafsir kalamullah, Kediri: Lirboyo Press, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar