favorite

Jumat, 18 Desember 2015

TINDAKAN DAN PERILAKU DARI PADA ILMU DAKWAH

BAB I

PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Ilmu Dakwah adalah ilmu yang mengajak seseorang dengan cara-cara tertentu untuk kebahagiaan dunia dan akhirat serta mendorong manusia kepada tujuan yang defenitif yang rumusannya bisa diambil dari al-Qur’an dan Hadits.
Dakwah Islam yang bermakna segala tindakan untuk menyeru kepada umat. Tindakan ini menjadi kewajiban mereka yang mengaku menjadi umat Islam. Tindakan menyeru ini bisa bermacam-macam bentuknyna. Bisa lewat lisan atau khutbah, lewat tulisan dengan menulis beragam buku-buku ke islaman atau dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu ini digunakan untuk mengkomunikasikan pesan Islam kepada manusia.
Aktivitas dakwah dapat menimbulkan berbagai peristiwa di tengah masyarakat yang harmoni, menegangkan dan kontroversial, bisa juga melahirkan berbagai pemikiran baik yang moderat maupun yang ekstrim, yang sederhana maupun yang rumit, yang parsial maupun yang komprehensif.
Manusia sebagai objek dakwah individu maupun kelompok memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Begitu juga da’i ada yang berfikiran sempit dan ada yang luas, da’i tak cukup menguasai materi dakwah tetapi harus memahami karakteristik dari objek dakwah yaitu manusia.
B.    Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari rangkaian latar belakang masalah tersebut adalah:
1.      Apa pengertian ilmu da’wah?
2.      Bagaimana Tujuan dari Ilmu dakwah?
3.      Bagaimana Objek Ilmu dakwah?
4.      Bagaimanakah tindakan dan perilaku dari pada ilmu dakwah?
C.   Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah atau karya tulis ini adalah sebagaimana berikut:
1.     Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari ilmu dakwah
2.     Untuk mengetahui tujuan dari ilmu dakwah
3.     Untuk mengetahuiObjek Ilmu dakwah dan tindakan yang dilakukan terhadapnya
D.   Manfaat Penulisan
1.     Memberi pengetahuan baru tentang Ilmu dakwah
2.     Membericakrawala baru pada pembaca perihal tindakan di dalam dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Ilmu Dakwah
Dakwah menurut etimologi, perkataan dakwah berasal dari kata bahasa Arab yakni:دعا– يدعوا – دعوة(da’a – yad’u – da’watan) yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil.[1] Di antara makna dakwah secara bahasa adalah:
a.       An-Nida artinya memanggil; da’a filanun Ika fulanah, artinya si fulan mengundang fulanah
b.      Menyeru, ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu
Dalam dunia dakwah, orang yang berdakwah biasa disebut Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u.[2]
Maka dapat dipahami bahwa dakwah adalah menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk al-Qur’an dan hadist. Mennyeru berbuat kebaikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.Pengertian dakwah ini, berdasar pada QS. Ali-Imron(3): 104 sebagai berikut:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.
Di mana ma'ruf ialah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Sedangkan Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran islam kepada umat. Ilmu dakwah adalah ilmu pengetahuanyang mempelajari gejala penyampaian agama dan proses keagamaan dalam seginya.[3]
Toha Yahya Omar mendefinisikan ilmu dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara atau tuntutan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ide/gagasan, pendapat atau pekerjaan tertentu.
Amrullah Achmad  memberikan pengertian ilmu dakwah adalah suatu  ilmu yang berasal dari Allah yang dikembangkan umat islam dalam susunan yang sistematis dan terorganisir mengenai manhaj melaksanakan kewajiban dakwah bertujuan berikhtiar mewujudkan khairul ummat (umat terbaik).[4]
B.    Tujuan Ilmu Dakwah
Tujuan dakwah dan ilmu dakwah ada perbedaan. Jika tujuan dakwah, berupaya untuk merubah pemahaman, sikap dan perilaku mad’u ke arah yang sesuai dengan pesan dakwah dalam rangka memperoleh ridho Allah. Sementara itu tujuan ilmu dakwah yakni berupaya untuk menemukan kejelasan empiris rasional dan teologis ideal tentang proses dakwah sebagai fenomena keilmuan.
Selain itu Ilmu dakwah bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada umat tentang prinsip-prinsip dasar islam dan teori-teori dalam ajaran islam, agar mau menerima dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya.
Ilmu dakwah yang berkembang pada Perguruan tinggi yang jurusannya berbasis Dakwah. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan sumber da’i yang profesional melalui penyelenggaraan pendidikan tinggi dakwah islam dan mencetak kader-kader Dakwah yang Inovatif, semangat menegakkan keadilan dan kebenaran dan semangat berkarya yang bernilai guna.



C.   Objek Ilmu Dakwah
Rumusan dakwah yang bersumber padaal-Qur’an sebagai kitab Dakwah,Sunah Rasul sebagai contoh realisasi atas apa yang diperintahkan dalam al-Qur’an.
Dakwah menurut QS. An-Nahl (16): 125 yakni:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Hakikat dakwah tersebut merupakan perilaku keilmuan muslim yang melibatkan unsur da’i, pesan, media, metode, mad’u, dan respons. Interaksi antar unsur ini dalam semua tataran wujudiyah adalah objek formal dan material ilmu dakwah. Dari sisi objek materialnya, ilmu dakwah adalah ajaran pokok Islam (tingkah laku manusia).
Maka, objek dakwah Islam adalah penerima dakwah Islam atau yang menjadi sasaran dari dakwah Islam.
Di dalam bahasa arab objek dakwah disebut dengan mad’u. Yang berarti orang yang menjadi sasaran dakwah yang mana dipanggil, diundang dipinta tolong, dimohon, ditanamkan, diminta datang, didorong dan orang yang dido’akan.
D.   Tindakan dan Perilaku Dakwah
Pada dasarnya, gerakan dakwah Islam berporos pada amar ma’ruf nahi munkar. Ma’ruf yang mana mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan munkar segala perbuatan yang menjauhkan diri pada-Nya. Pada dataran amar ma’ruf, siapapun bisa melakukannya, karena kalau hanya sekedar “menyuruh” kepada kebaikan itu mudah dan tidak ada resiko bagi si “penyuruh” . Lain hal dengan nahi munkar, jelas mengandung konsekuensi logis dan beresiko bagi yang melakukannya karena“mencegah kemunkaran” itu melakukannya dengan tindakan konkret, nyata dan dilakukan atas dasar kesadaran tinggi dalam rangka menegakkan kebenaran.
Inilah sesungguhnya cikal bakal perintah dakwah yang diwajibkan oleh AllahSWT, pada setiap pribadi seorang muslim yang mengaku beriman. Sesungguhnya dakwah yang diajarkan oleh para Nabi dan rasul-Nya menurut ketentuan al-Qur’an, dakwah Islam hendaknya disampaikan dengan cara-cara yang baik dan bahasa yang dapat dipahami pula. Bahkan tidak kalah pentingnya lagi ialah, seorang muslim dalam berdakwah dilarang untuk memaki seorang kafir yang dikhawatirkan nantinya akan menyebabkan ia memaki Allah SWT.
Demikianlah perilaku ilmu dakwah yang telah termaktub dalam al-Qur’an secara rinci, tegas dan sempurna sebagai acuan bagi seorang muslim untuk menyampaikan kebenaran dari Allah SWT, dengan meletakkan al-Qur’an sebagai sumber landasan utama.
Lalu berangkat dari tujuan, tindakan dakwah dalam mensosialisasikan ajaran Islam sangatlah penting, maka sederetan ayat al-Quran maupun hadits mewajibkan setiap Muslim untuk melakukan kegiatan dakwah. Bahkan missi utama diutusnya nabi dan rasul-rasul Allah tersebut adalah untuk menyampaikan dakwah kepada segenap manusia. Salah ayat yang terkait dengan itu adalah QS. al-Maidah (5): 67 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ.
Artinya:Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Secara tekstual, kewajiban dakwah dalam ayat di atas dipertuk-kan bagi setiap nabi dan rasul. Namun pengertian ayat tersebut secara kontekstual adalah dakwah tidaklah tuntas dengan wafatnya Nabi Muhammad saw, melainkan menjadi kewajiban bagi orang-orang Muslim setelah beliau.
Dengan demikian, Dra. Radhiah AP menyatakan bahwa dakwah merupakan aktualisasi salah satu fungsi koadrat seorang Muslim, fungsi kerisalahan, yang merupakan proses penkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan ajaran Islam. Jadi, sangat wajar bila kegiatan dakwah tersebut dibeban-kan kepada setiap Muslim, dan kepada mereka juga senantiasa dituntut untuk menyampaikan dakwah walau hanya satu ayat saja, sebagaimana salah satu hadis Nabi saw yang menyatakan:
بَلِّغُوْا عَنىِّ وَلَوْ آيَةَ
Artinya:Sampaikan kepadaku walaupun satu ayat.
Oleh karena itu, kegiatan dakwah adalah wajib atau fardu kifāyah atas seluruh umat Muslimin. Hal ini dikarenakan Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan dakwah.
Apabila interpretasi ayat al-Quran dan hadits yang disebutkan di atas dicermati secara bijak, maka dapat dipahami bahwa sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strategis dan menentukan pensosialisasian ajaran Islam yang sebenarnya. Atau dengan kata lain, pelaksanakan ajaran Islam, sangat ditentukan oleh oleh kegiatan dakwah yang dilakukan oleh umatnya. Demikian pula sebaliknya, berhentinya dakwah akan menyebabkan ajaran Islam tidak tersosialiasi dengan baik dan sempurna.
1.      Peranan Dakwah
Adapun dalil yang terkait dengan tindakan yang dilakukan oleh dakwah ini adalah QS. Al-Ahzab (33): 45-46 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (٤٥)وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا.
Artinya: Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.
Dalam Ensiklopedi al-Qur’an dikatakan bahwa ayat di atas berkenaan dengan misi Nabi saw, yaitu menyeru manusia kepada agama Allah SWT.
Dari ayat tersebut, bahwa dakwah berperan, sebagai:
1)      Syahidan
Memberikan kesaksian kepada umat tentang masa depan yang akan dilaluinya sekaligus sejarah masa lalu yang menjadi pelajaran baginya tentang kemajuan dan keruntuhan umat manusia karena  perilaku yang diperankannya.
2)      Mubassyiran
Saling memberi kabar gembira sekaligus saling memberikan inspirasi dan solusi dalam menghadapi berbagai masalah hidup dan kehidupan.
3)      Maziran
Berusaha mengingatkan para umat Islam untuk tetap konsisten dalam kebajikan dan keadilan sehingga tidak mudah terjebak dalam kesesatan.
4)      Da’iyah ila Allah
Panglima dalam memelihara keutuhan umat sekaligus membina kualitas umat sesuai dengan idealisasi peradaban yang dikehendakinya.
5)      Sirajan munirah
Pemberi cahaya yang menerangi kegelapan sosial atau kegersangan spritual.
Kaitannya dengan itu, M. Arifin menyatakan bahwa dimensi dakwah terletak pada ajakan, dorongan (motif), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama (Islam) dengan penuh kesadaran demi keuntungan dan kebahagiaan dalam kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat kelak.[5]
Mengingat demikian pentingnya peranan dakwah yang dipaparkan di atas, maka sesungguhnya sukses atau tidak suksesesnya dakwah tersebut bukanlah diukur lewat gelak tawa atau tepuk riuh para mustami’(pendengar dakwah), bukan pula dengan ratap tangis meraka. Tetapi suskes tersebut diukur lewat, antara lain pada tersosialisasinya ajaran Islam melalui kegiatan dakwah tersebut.
Dakwah Rasulullah mempunyai konsep baku mengenai prinsip dan metodenya. Prinsip dan metode ini tertuang dalam berbagai ayat Al-Qur’an. Salah satu ayat yang menggambarkan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah QS. Ali-Imron : 159 sebagai berikut:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ.
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Menurut ayat diatas, Dakwah Rasulullah didasarkan atas tiga hal. Ketiga Hal tersebut menjadi prinsip dan metode yang ditempuh Nabi dalam berdakwah, yaitu kelemahlembutan, pemaaf, bermusyawarah.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, maka dalam Materi Dakwah Islam dan Kultumini akan sampaikan bahwa prinsip dan metode dakwah Rasulullah ada tiga hal tersebut yang wajib kita terapkan dalam berdakwah.
2.      Macam-Macam Bentuk Dakwah
a)      Dakwah bil-alisan (lisan): dakwah yang disampaikan secara lisan.
Contohnya: pidato, khutbah, ceramah, dll.
b)      Dakwah bil-alhal (perbuatan): dakwah dengan sikap dan tingkah laku kita yang bisa menjadi contoh kepada orang banyak yang tentunya sikap dan perbuatan kita itu adalah perbuatan yang baik, perbuatan yang diridhai Allah SWT, perbuatan yang sesuai dengan sunah rasul.
c)      Dakwah bil-Al-qolam (tulisan): berupa tulisan yang menyeru kebaikan dan mengajak untuk meninggalkan kemungkaran.
Contohnya: karya tulis, buku, majalah, dll.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dakwah merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh setiap umat Islam.
§  Subyek dakwah disebut da’i, objek dakwah disebut mad’u.
§  Esensi dari dakwah ialah menyampaikan kebaikan dengan amar ma’ruf nahi mungkar.
§  Dakwah dapat dilakukan dengan bermacam cara dan berbagai kondisi agar pesan-pesan yang disampaikan  bisa diterima. Karena itu, pelaksanaan dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah.
§  Tingkah laku dalam dakwah ialah suatu interaksi antara kognisi, afeksi dan konasi serta pola sikap dan tindakan seseorang dalam bertindak yang bekerja secara komplek terhadap obyek tertentu dalam penyempaian ajaran Islam kepada orang lain dalam hal Amar Ma’ruf Nahi Munkar.



DAFTAR PUSTAKA

Drs. Suisyanto, M.Pd, Pengantar Filsafat Dakwah, Yogyakarta, 2006
Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, 2011
Arifin, H.M.,  Psikologi Dakwah Suatu Pengantar, Bulan Bintang ,Jakarta, 1977
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta, 2008
https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/ilmu-dakwah-bentuk-bentuk-dakwah
http://www.bagusmakalah.com/2015/09/objek-dakwah


[1]Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta, 2008 hal. 3
[2]Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, 2011 hal. 1
[3]Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 15
[4]Suisyanto,Pengantar FilsafatDakwah, (Yogyakarta: Teras, 2006), h. 68
[5]Arifin, Psikologi Dakwah (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar